Rabu, 09 Juni 2010

Antara Israel, Luna Maya, Cut Tari dan Ariel

Belakangan ini diberbagai media pemberitaan cetak maupun elektronik sedang panas-panasnya mengulas video mesum seseorang yang mirip artis Ariel dan Luna maya. Tak hanya berhenti disitu, beberapa hari kemudian ramai dibeberapa jejaring social pemberitaan tentang video mesum lanjutan masih dengan tokoh yang sama yaitu orang yang mirip Ariel tapi bedanya kini bersama orang yang mirip dengan Cut tari.
Untuk kasus video ini memang sangat menjadi buah bibir dimasyarakat. Selain karena semua tokoh yang bermain dalam video mesum itu merupakan artis yang sedang naik daun dengan berbagai pencapaian prestasi yang telah diraihnya, tapi juga diakibatkan kualitas video yang memang nyaris sempurna tanpa sebuah proses editing yang canggih. Video berdurasi sekitar 8 menit tersebut terlihat secara alami dan amatir direkam langsung oleh pelaku yang ada didalam video tersebut.
Pemberitaan tentang video ini rupanya mengalahkan pemberitaan tentang saudara-saudara kita yang sedang mengalami penderitaan di Palestina akibat blokade Israel terhadap Gaza. Video ini juga telah mengalahkan pemberitaan tentang relawan yang mencoba merangsek masuk ke Gaza walau harus menghadang pasukan-pasukan bengis Israel yang tak punya rasa kemanusiaan.
Padahal kita tahu sebelumnya, setiap hari media selalu mengabarkan keadaan saudara-saudara kita yang tengah berjuang melawan penindasan, dan juga pejuang-pejuang kemanusiaan yang rela mengorbankan nyawanya demi dapat menolong saudara-saudara kita semua yang semakin terbelenggu oleh dinding keangkuhan Israel hanya atas dasar kemanusiaan.
Saya mencoba menyusun serpih-serpih dugaan dari berbagai keadaan yang ada. Bisa saja beredarnya kedua video mesum tersebut merupakan propaganda zionisme di negeri ini. Karena dirasakan sangatlah kontras. Bila sebelumnya pemberitaan didominasi oleh para syuhada yang harus berhadapan dengan maut, hanya untuk menyalurkan bantuan ke jalur Gaza, tapi sekarang ini yang diberitakan hanyalah ahli maksiat yang sedang bernafas dengan nafsu kebinatangan.
Bila dugaan saya ini benar, berarti zionis tak hanya telah berhasil memblokade jalur Gaza, akan tetapi mereka juga telah berhasil memblokade tentang kebiadaban zionis Israel untuk diberitakan kepada semua umat manusia dinegeri ini. Tapi kembali lagi ini hanyalah sebuah dugaan sementara, untuk kebenarannya wallahu a’lam bis shawab.

Kamis, 06 Mei 2010

Itsn’t about Love

Terkadang kita bingung dibuatnya
Terkadang rasa itu begitu menyiksa
Tak jarang membuat kita selalu bertanya
Karena sampai sekarang hal itu masih maya

Motivasi selalu kita pompakan
Sebagai defense dari sebuah kejenuhan
Orientasi selalu kita bangun secara temporal, spatial dan individual
Sebagai upaya menjalin sebuah relasi sosial
Tak jarang segala macam phobia kita hadang
Demi mendapatkan sebuah impian yang selalu kita gadang-gadang
Asal jangan membuat yang haram jadi halal
Karena kita sadar akan gejala multiaxial

Ini bukan tentang cinta
Ini bukan tentang wanita
Ini bukan kata-kata pujangga cinta
Ini bukan kata-kata pujangga wanita
Tapi ini adalah sebuah keluh tentang cita-cita
Ini adalah sebuah sastra dari sebuah makna kata
Ini hanya sebuah gurat pemikiran dari mulai alfa sampai beta
Ini adalah sebuah domain psikologi yang kucoba rangkai, karena syarat makna…
Hahahahahaha…….

Skizoprenia…

Skizoprenia
Hanya sebuah manifestasi dari psikoanalisa…
Unrealitas thinking serta simbolis pemaknaan masing-masing…
Ditambah deteriorasi jangka panjang berupa delusi dan halusinasi…
Ataukah simtom asosiasi, autism, afek dan ambivalensi…
Adakah terapinya…???
Walau hanya sebuah intervensi sosial sebagai terapi individual…
Ditambah dengan larangan hostile argumentative yang sangat over protective…
Tapi setahuku bisa juga dengan obat-obat psikotik…
Ah.., tapi kurasa itu hanya sekedar untuk menegakkan sebuah diagnostik…
Lalu bagaimana dengan skizopreniform dan skizoafektif yang merupakan gangguan depresif…
Tentu mereka butuh pengobatan yang efektif…

Polisiku Sayang

Siang itu tanggal 29 april 2010 aku hendak mengantar sepupu pulang ke sukabumi sekaligus berkunjung kerumah keluarga yang lain disana. Ada dua pilihan jalan alternative, melalui puncak atau melalui jalan Bogor-Sukabumi. Saya memilih jalan melalui puncak, selain lebih minim resiko kecelakaan sekalian juga penyegaran dari hiruk pikuk mobilitas Jakarta yang membuat penat, dengan menghirup udara dihamparan pegunungan dengan kebun teh yang mengelilinginya.

Saat itu perjalanan sangat lancar, karena hampir tak ditemui kepadatan disetiap titik-titik yang biasanya menjadi area rawan kemacetan. Cuaca pun sangat mendukung karena tidak terlalu panas, tapi memang agak sedikit mendung. Tikungan demi tikungan kami lewati, dengan alur jalan yang berkelok naik turun yang merupakan hasil kerja paksa pada masa penjajahan Romusha dulu.

Setelah melewati puncak pass, disitu lajur terbagi menjadi dua dengan pos polisi yang berada dititik tengahnya. Kami pun melaju dengan bebasnya melewati pos polisi tersebut. Tiba-tiba rupanya ada polisi yang mengejar kami, lalu menyuruh kami berhenti. Pak polisi meminta saya untuk mengeluarkan SIM dan STNK. Dengan tenang saya mengeluarkan dompet dari kantong celana dan menyerahkannya pada pak polisi yang wajahnya tidak terlalu garang, karena dilihat dari nama dan warna kulitnya saya berasumsi kalau dia adalah orang Jawa. Setelah ia memeriksa SIM dan STNK, saya diajak untuk mengikutinya ke pos polisi yang telah kami lewati tadi, saya sih nurut saja karena saya pikir saya tidak salah. Dalam pikiran saya, mungkin ia ingin menawarkan kami kopi, karena pada saat itu udara puncak lumayan dingin. Tapi anehnya SIM dan STNK saya, ia masukkan ke dalam sepatunya yang tinggi itu yang hampir mirip sepatu boat yang biasa dipakai oleh Polantas, mungkin agar mereka terlihat lebih tinggi, gagah dan berwibawa sehingga dapat dengan mudahnya menginjak-nginjak rakyat jelata.

Sesampainya di pos polisi, kami disuruh masuk. Tapi sebelumnya saya menyuruh sepupu saya untuk menelpon papa nya yang memang cukup berpengaruh di wilayah Cianjur dan sekitarnya. Ketika masuk diruangan yang tidak teralu luas itu, saya disodorkan lembaran yang ternyata adalah pasal-pasal pelanggaran. Sontak saya kaget, karena pasal-pasal yang merupakan buah pemikiran anak-anak bangsa hanya terbungkus dengan plastik laminating, yang tak ada bedanya dengan daftar menu makanan yang dapat kita dapati di kafe atau warung pecel. Jadi, setiap pelanggar hanya disajikan beberapa menu pasal yang telah disertai dengan daftar harga pelanggaran yang tertera. Mungkin bedanya, bila di kafe dan warung pecel tidak bisa ditawar-tawar lagi, sedangkan daftar harga pasal-pasal pelanggaran masih bisa ditawar.

Saya kembali dikagetkan lagi, karena saya dikenai dua pasal pelanggaran. Yang pertama, tidak menggunakan helm SNI, karena sepupu yang saya bonceng hanya menggunakan helm putih cetok yang biasa anak-anak Jogja pakai. Kedua, saya dikenai pasal tidak menggunakan atribut motor standar, karena plat nomot saya bukan plat nomor asli yang dikeluarkan oleh kepolisian. Daftar harga pelanggaran yang pertama adalah Rp. 250.000 dan yang kedua Rp. 750.000. tentu ini sangat tidak rasional bukan?
Pada saat itu pak polisi hanya memberi tahu bahwa saya harus mengikuti siding pada tanggal 7 mei 2010, tentu saya meminta jadwal siding yang lebih cepat. Tapi anehnya pak polisi tak kunjung menuliskan pelanggaran saya pada buku tilang. Mungkin kita semua sudah paham maksudnya apa. Kemudian pak polisi mencoba mewawancarai kami;
Polisi; “memangnya kalian mau kemana”???

sepupu saya menjawab: “kita mau ke ASTEN (Asrama TNI)pak.., mau balikin motor, soalnya motornya mau dipakai papa dinas …
polisi: memangnya dinas dimana???
Sepupu: di Koramil (Komando Rayon Militer)Cianjur pak
Polisi: siapa nama papa nya…??? Coba saya ingin lihat KTP kamu…!!!
Sepupu: pa Dadang pak…
Polisi tersebut, terlihat diam sambil memeriksa KTP sepupu saya. Kemudian tiba-tiba ia mengembalikan KTP, SIM dan STNK kepada saya. Berhubung saya orang psikologi, tak afdol rasanya bila tidak memainkan emosi pak polisi ini, saya pun sedikit tersenyum dengan sedikit sinis. Benar saja dugaan saya, tiba-tiba saja pak polisi mengambil kembali KTP, SIM dan STNK, kemudian membentak saya dengan nada yang cukup tinggi.
Polisi; kenapa kamu senyum sinis seperti itu, saya sudah baik sama kamu tapi kamu seperti tidak menghargai saya..!!! saya tidak menilang kalian karena saya menghormati papanya dia (sepupu saya). Sebenarnya bisa saja saya menilang kamu, toh saya punya bukti. Saya gak takut, bapak saya juga pangkatnya lebih tinggi.

Pada saat itu saya diam dengan sedikit berkilah, tapi terus bergumam dalam hati…(”yaudah sii, kalo emang mau tilang..ya tilang aja.., katanya gak takut.., koq gak jadi nilang…”). Akan tetapi, karena saya seorang yang berjiwa besar, saya langsung meminta maaf, bila senyuman saya menyakiti hati pak polisi. Akhirnya kami pun dibolehkan melanjutkan perjalanan.

Ini sebuah cerita nyata yang mungkin dialami banyak orang dinegeri tercinta ini. Hal seperti ini yang membuat citra polisi semakin terpuruk saat ini. Reformasi besar-besaran memang harus dilakukan. Tak hanya masalah birokrasi, tapi juga masalah pasal-pasal yang tidak rasional yang hanya membuat rakyat mual. Bayangkan saja denda bila tidak memakai helm SNI Rp. 250.000, lalu kapan kita bisa beli helm SNI kalau harus membayar denda. Agar lebih rasional, sekalian saja polisi menyediakan helm SNI, bila tidak ada yang melanggar hukumannya harus membeli helm SNI pada polisi. Itu lebih rasional bukan..???

Masalah penataan institusi memang benar-benar harus dimaksimalkan. Ini hanya sebagian contoh kecil dari beberapa kasus fenomenal yang terjadi dinegeri ini. Semoga dapat menjadi perenungan bagi siapa saja yang ataupun pihak yang terkait. Karena disini tak ada maksud mendiskreditkan satu pihak pun. Marilah kita benahi bersama negeri ini….

Senin, 26 April 2010

EMANSIPASI WANITA

Itulah kiranya sebuah karya pikir dari seorang wanita bernama Kartini yang telah berhasil membebaskan kaum wanita dari mainstream yang memaksa kaum wanita untuk hanya sekedar menjadi ibu rumah tangga yang hanya berurusan dengan “3-ur” (dapur, sumur dan kasur).
Emansipasi yang didengungkan oleh Kartini, mewakili letupan perasaan yang selama bertahun-tahun dirasakan oleh wanita pada saat itu. Kata emansipasi seakan menjadi bola salju yang semakin lama semakin membesar menggelinding mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Peranan wanita selalu terdiskreditkan pada saat itu, dimana terjadi serba pelarangan baginya. Tapi Kartini berhasil memperjuangkan hak-hak wanita dari kungkungan stigma yang telah lama terbentuk di masyarakat Indonesia pada saat itu.
Rupanya perjuangan Kartini tak sia-sia, terbukti kini banyak penerus Kartini yang telah berhasil mencapai puncak prestasi yang setara tengan posisi kaum laki-laki diberbagai segi kehidupan. Sudah tak aneh lagi bila dibeberapa wilayah, daerah, institusi, bahkan negara dipimpin oleh seorang wanita. Lumrah kini sudah terbentuk, tinggal bagaimana kini kualitas kepemimpinan seorang wanita mampu terjaga dan dipertahankan.
Meski didalam Al qur’an sendiri menjelaskan dengan sebuah ayat yang berbunyi arrijalu qowwamu ala anisa yang artinya laki-laki merupakan pemimpin atas perempuan. Meskipun demikian, tapi tidak ada penekanan disitu bahwa seorang pemimpin haruslah seorang laki-laki. Karena Allah memang maha adil memperlakukan semua hambanya baik adam maupun hawa, sehingga tak ada satu pihak pun yang merasa terdiskreditkan.
Tapi anehnya masih ada juga sebagian masyarakat yang tidak begitu perduli dengan emansipasi wanita, sehingga mereka tak mudah begitu saja merelakan dirinya dipimpin oleh seorang wanita. Entah, apakah sebagian itu adalah mereka yang tidak open minded atau mungkin memiliki beberapa pertimbangan untuk tidak menghargai emansipasi yang mati-matian diperjuangkan oleh Kartini.
Sejatinya seorang pemimpin adalah mereka yang secara wawasan, pengetahuan, kemampuan, dan kepemimpinan berada pada tahap diatas rata-rata, sehingga ia dapat mengayomi orang-orang yang berada disekitarnya. Apabila yang berada pada tahap itu adalah seorang wanita. So, saya pikir tak ada salahnya untuk memilihnya, ketimbang harus memaksakan pemimpin laki-laki, tapi tak memiliki criteria yang telah dijabarkan sebagai sebaik-baiknya seorang pemimpin.
So.., jangan takut memilih pemimpin seorang wanita, bila memang wanita itu layak untuk menjadi seorang pemimpin…

The real man or the loser man….????

Suatu hari saya bertiga bersama teman saya berada didalam bus trans Jakarta. Pada saat itu keadaan tidak terlalu padat dan tidak terlalu sepi juga. Ketika sampai disebuah halte berikutnya, masuklah seorang ibu-ibu dengan lantai gontai disertai mata yang melirik kiri dan kanan mencari posisi tempat duduk yang kosong. Tapi rupanya harapan itu sirna, karena semua tempat duduk sudah terisi.
Tiba-tiba saja seorang teman yang berinisial “A” berdiri dan merelakan tempat duduknya untuk ibu tadi. Dengan penuh keikhlasan sahabat saya berdiri dan menggantungkan tangannya dipegangan tangan yang tersedia untuk penumpang yang berdiri.
Jiwa social sahabat saya memang sangat tinggi. Tapi uniknya, dia mau merelakan tempat duduknya hanya untuk seorang ibu-ibu. Ia tak akan mau apabila merelakan kursinya untuk perempuan muda yang cantik dan menarik. Begitu ujarnya… Terbukti, pada saat duduk kembali, dan ada seorang wanita muda cantik dan menarik yang berdiri dihadapannya, ia tidak mempersilahkan wanita muda yang cantik menawan itu untuk duduk.
Rasional memang, bila kita pikirkan lebih dalam. Karena seorang wanita muda, sudah barang tentu memiliki fisik yang jauh lebih baik dari ibu-ibu. Tapi terkadang hal ini tidak disadari oleh para wanita muda usia. Ketika ia tidak kebagian tempat duduk, sedangkan dihadapannya pada waktu itu ada seorang laki-laki muda sedang duduk, tak jarang wanita muda bergumam dalam hati, atau bahkan mungkin di ucapkan dengan lisan kata-kata ini…”ngalah sedikit sama cewe apa susahnya sih..???” atau mungkin “egois banget sih nih cowo.., gak gentle banget, ngeliat cewe dibiarin berdiri”
Wajar memang bila terjadi hal seperti itu, karena wanita hakikatnya memang selalu ingin dimengerti. Tapi bila saya pikir, justru cowo yang cuek dengan membiarkan wanita berdiri itu adalah “the real man”. Malah justru cowo yang memberikan tempat duduknya pada wanita muda nan cantik yang belum dikenalnya adalah “the loser man”. Awalnya memberikan bantuan, tapi ujung-ujungnya pasti minta kenalan.
Memang tidak semua lelaki seperti itu, tapi memang kebanyakan seperti itu. Makanya penulis tidak suka sama lelaki.
Dengan tidak mengalah pada wanita bukan berarti, lelaki tidak pengertian. Tapi pasti ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan, diantaranya: kondisi fisik, pola pikir dan lingkungan yang membentuk kepribadian lelaki tersebut.
So, jangalah su’udzon terhadap seorang lelaki….

Love is never without jealousy…

Itulah padanan kata yang saya dapat dari salah satu novel fenomenal di negeri ini. Sebuah kata padanan kata yang sederhana, tetapi syarat akan makna. Seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara cinta dan cemburu.

Banyak pujangga menyatakan cemburu merupakan tanda cinta, tapi banyak juga yang tidak merasa nyaman ketika seseorang merasa di cemburui, secara tidak langsung ia tidak merasa nyaman dengan tanda-tanda cinta tersebut. Berarti konsep cemburu para pujangga telah dipecahkan dengan dengan konsep realita kehidupan manusia. Tapi masih banyak juga yang mengkultuskan arti cemburu sebagai tanda cinta.

Aneh memang bila didapati rasa cinta tanpa sebuah kecemburuan. Ibaratnya bagai sayur tanpa garam, begitulah ujar beberapa pasangan yang saya wawancarai. Tapi apabila rasa cemburu telah membutakan mata, malah bisa menjadi boomerang bagi yang merasakannya. Karena cemburu buta merupakan sesuatu yang destruktif yang hanya dilampiaskan dengan perbuatan tanpa mengakui bahwa dirinya sedang merasa cemburu, misalnya dengan tiba-tiba ngambek disertai marah-marah yang tak jelas asal muasalnya serta dengan menjelek-jelekkan orang lain yang menjadi objek kecemburuannya.

Oleh karena itu kalaupun merasakan cemburu, hendaknya tidak dalam keadaan cemburu buta. Tapi dengan cemburu melek. Karena apabila kita melek, walaupun kita sedang merasakan sebuah kecemburuan yang teramat sangat, tapi dampak dari kecemburuan kita masih dapat terarah dan terukur. Biasanya orang yang cemburu melek ia hanya berdiam diri sambil instropeksi dan mencari tahu apa yang menyebabkan perang dunia bisa terjadi. Sehingga ia lebih proaktif untuk mencegah rasa cemburu itu datang lagi.

Adapun orang yang sama sekali tidak cemburu ketika pasangannya memperhatikan orang lain. kemungkinannya ada dua. Yang pertama, orang itu memang tidak begitu sayang pada pasangannya, sehingga dengan siapapun pasangannya berinteraksi, tak sedikitpun rasa cemburu itu hinggap padanya. Kemungkinan yang kedua yaitu, orang tersebut mencintai pasangannya secara tulus sehingga baginya cinta tidak perlu memiliki, seandainya pacarnya bisa lebih bahagia dengan orang lain maka ia pun akan ikhlas melepaskannya.

Silahkan anda nilai pasangan masing-masing. Termasuk kedalam golongan apakah
pasangan anda. Mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi anda untuk dapat mengerti serta memahami karakteristik setiap pasangan yang anda miliki. Kalaupun anda masih belum punya pasangan, paling tidak ini dapat berguna sebagai referensi atau buku saku ketika anda sedang menyeleksi seseorang yang akan mendampingi anda kelak.

Jumat, 19 Februari 2010

Phobia Kejujuran…..

Pada suatu hari, ada seorang pria yang terlihat sangat dekat dengan seorang wanita. Belakangan diketahui, ternyata pria tersebut sedang dalam proses pendekatan dengan wanita itu. Keduanya selalu terlihat bersama kemana-kemana. Bila ada si wanita, pasti ada si pria.
Banyak teman-teman yang mengatakan keduanya sangat cocok apabila menjalin sebuah hubungan kasih. Karena mereka berdua sangat klop sekali, mungkin bila meminjam istilah yang sering dipakai anak-anak gaul saat ini bisa dikatakan “chemistrinya” dapet banget…hehehe…
Walaupun terlihat cocok, akan tetapi pria tersebut tak kunjung mengungkapkan rasa cintanya pada si wanita tersebut. Hal itu tentunya membuat gerah teman-teman dekat mereka yang mengharapkan keduanya segera meresmikan hubungan percintaan mereka. Ketika ditanyakan oleh temannya, mengapa sampai saat ini dia masih juga belum mengungkapkan perasaan pada wanita itu, defense mekanisnya selalu bekerja dengan mengalihkan pembicaraan ke lain hal.
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan pernyataan yang diharapkan tak kunjung keluar dari mulut pria tersebut. Tentu hal itu membuat bingung orang-orang disekitar mereka.
Sampai pada suatu hari, karena sudah tidak sabar menunggu pria tersebut menyatakan pernyataan cintanya kepada wanita yang dicintainya. Seorang teman coba menanyakan hal itu. “kenapa kamu tak kunjung menyatakan cinta kepada dia”? sontak pria itu kaget dibuatnya, lalu bertanya dalam hati “mengapa temanku menanyakan hal ini ya?”. Pria itu hanya diam membisu, tapi seorang temannya itu sangatlah sabar menunggu.
Akhirnya pria itu mau juga membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
Pria: maaf bisa diulang lagi pertanyaannya…!!!
Teman:heemm…, baiklah….”mengapa kamu tak kunjung menyatakan cintamu pada wanita yang sudah dekat denganmu itu…???
Pria: sebenarnya aku takut, makanya aku tidak berani mengungkapkan itu.
Teman: loh….apa yang kamu takuti, toh si dia juga terlihat memberikan respon kepadamu…!!!
Pria: bukan itu….!!!
Teman: lalu apa….????
Pria: kalau aku mengungkapkan perasaan ini, berarti aku telah jujur kepada perasaanku sendiri dan kepada dia….
Teman : loh…, bukannya itu yang kita semua harapkan….???
Pria: tapi masalahnya dulu sebelum meninggal ibuku pernah berkata…”kejujuran itu sakit nak”dan “kejujuran itu mahal”….nah, maka dari itu kenapa aku tidak mau jujur pada dia, karena jika aku menyatakan perasaanku yang sejujur-jujurnya kepada dia, berarti aku sama juga menyakiti dia dan juga berarti aku menyakiti diriku sendiri. Makanya sampai sekarang aku tidak mau jujur sama dia tentang perasaanku, karena aku tidak mau menyakiti dia…
Teman: HAAAAAAAAAAAAAAAAAhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………!!!!! Gubrak……………………!!!!!
Mugkin tak bisa disalahkan juga, persepsi seorang pria pada cerita diatas tentang arti sebuah kejujuran. Karena sebagai contohnya banyak kita saksikan pada politisi-politisi negeri ini.
Akhirnya saya paham, mengapa banyak politisi negeri ini yang tidak jujur. Barangkali mereka memiliki persepsi yang sama (dengan pria pada cerita diatas) tentang sebuah kejujuran. Berarti para politisi kita saat ini tidak mau menyakiti hati rakyat dengan mengungkapkan sebuah kejujuran. Jadi, ini merupakan sebuah kewajaran, bila mereka tidak mau jujur. Karena kita sama-sama tahu, mereka duduk dikursi kekuasaan saat ini karena dipilih oleh rakyat. Secara otomatis berarti mereka pun tidak ingin menyakiti rakyat yang telah memberikan mandat kepadanya. (nyindir mode on)
Arti kejujuran secara definitif itu sendiri adalah mengungkap sebuah fakta tanpa adanya sebuah rekayasa. Bila realitanya seperti sekarang ini, berarti kita bisa sama-sama menilai sendiri apa yang sebenarnya yang telah terjadi.
Yah, kita berharap saja para politisi negeri saat ini memang benar-benar mengalami phobia kejujuran yang sama dengan pria pada cerita. Karena Islam pun mengajarkan kita untuk tidak su’udzon pada seseorang. Bila memakai istilah mahasiswa hukum sih, kita harus menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dalam menilai dan menghakimi seseorang. Kalau istilah mahasiswa psikologi sih, kita harus sadar akan adanya individual differences. Jujur atau tidak jujur itu sebuah pilihan, tergantung pada individu masing-masing dalam mempersepsikan itu yang diwujudkan dalam sebuah decision making.

Kamis, 11 Februari 2010

Ini Bukan Puisi…

Wanita dan cinta… Lagi-lagi kata-kata itu yang tak pernah luput menjadi pembahasan disekitar kita. Kenapa harus wanita…??? Kenapa juga bukan pria…??? Entahlah, sepertinya itu sudah jadi suratan takdir Tuhan. Akan tetapi, rasanya tidak adil bagi kaum pria bila keadaannya tak terganti seperti ini. Padahal kita yakini Tuhan itu Maha Adil.
Bila kita merunut sejarah penciptaan manusia, dimana Allah menciptakan Adam yang di temani dengan Hawa (pada saat itu jumlah laki-laki dan perempuan sama), tapi mengapa sekarang jumlah wanita lebih banyak dari pada pria…?? Pertanyaan inilah yang rupanya yang masih belum ditemukan jawabannya. Sebagai manusia biasa kita hanya bisa menerka-nerka, tanpa mengetahui kebenaran yang nyata.
Kemudian masalah cinta. Disebutkan bahwa wanita cenderung lebih dalam mencintai, ketimbang pria. Sebenarnya lelucon apalagi ini??? Kenapa selalu saja kaum pria selalu di diskreditkan dihadapan seorang wanita. Padahal kita sadari semua, cinta merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia (pria & wanita) dengan proporsi yang sama.
Ini bukan masalah kecemburuan pria terhadap wanita, tapi mencoba menguak misteri social dengan fakta yang nyata sesuai realita. Bukan juga sebuah protes dari sebuah pengkhususan perlakuan untuk wanita ketimbang pria, tapi disini merupakan tahap untuk dapat mengerti sebuah proses.
Atau mungkin karena saya seorang pria yang perasa, sehingga begitu sensitifnya menanggapi berbagai fenomena tentang wanita. Padahal sejatinya tidak ada pembedaan seperti itu.
Atau mungkin karena saya seorang pria yang banyak mengenyam kecewa, sehingga membentuk persepsi kognitif yang salah tentang wanita.
Atau mungkin saya sedang jatuh cinta dengan seorang wanita, sehingga yang memenuhi pikiran ini hanyalah wanita dan cinta, padahal didalam kenyataannya pembahasan disekitar kita tidak hanya berbicara tentang wanita dan cinta. Akan tetapi membuat kamuflase dengan kecerdikan memadu padankan kata ,sehingga dapat mengaburkan semua fakta dan realita yang ada….
Entahlah….
Kita tunggu saja tanggal mainnya……..!!!

Jumat, 05 Februari 2010

The Barbarian

Potret sebuah gambaran kebiadaban muncul ketika adanya ancaman yang kuat yaitu dirasa keluar dari pandangan sebuah entitas politik sebagai kekuatan, dalam pembahasan ini yaitu sebuah kemampuan, tapi sebagai budaya yang tak bermutu. Menurut sejarah contoh gambaran ini terdapat pada orang Yunani yang berada di suku Jerman utara. Gambaran dari kebiadaban itu terdapat pada keagresifan masyarakat pada masa monolithic dalam memutuskan struktur, kelicikan, dan rela untuk tidak mengatakan kebrutalan yang mencakup pemusnahan secara teratur terhadap suatu golongan bangsa, dan siapa yang tekun untuk mengambil keuntungan pada sebuah kekuasaan. Biasanya emosi dan gambaran suku ini sangat menjijikan lebih dari sesuatu yang sangat menjijikan (karena barbarian merupakan pertimbangan besar didalam kemampuan, dasar pemikiran budaya yang bermutu rendah), kemarahan dan ketakutan. Yang terjadi belakangan ini merupakan sebuah hasil dari kemampuan kekuasaan dari seorang barbarian. Barang siapa yang tidak berbagi maka akan menjadi didakwa sebagai seorang pengecut dan berkhianat.
Sebab dari teori kedua dan kekayaan emosi, pada pembahasan ini belum tentu pada keagresifan sikap pertahanan. Ketakutan dihasilkan oleh kemampuan yang tidak sejalan sehingga membuat seseorang menyukai menghindar langsung dari konflik. Alasan yang paling utama adalah untuk berhadapan dengan suku barbarian adalah mencari musuh yang bisa dibujuk dengan beberapa kemungkinan kegagalan untuk setuju dengan perlakuan yang berpengaruh, serius dan kurang baik, yang membuat penduduk tertarik. Didalam teori identitas social, orang yang merasa mungkin menyukai untuk mengikutsertakan dirinya didalam kompetisi langsung dengan apa yang dia benci dan lawan yang menjijikan, bagian yang paling hebat dari eliminasi ancaman keseluruhan, tapi tidak dapat, karena terlalu kuat. Malah, kita harus membangun koalisi untuk mengatasi kelemahan dan memperbaiki kemampuan untuk mengurangi the barbarian.
Beberapa contoh diatas baru saja terjadi di dunia internasional dan konflik politik domestic. Kasus internasional termasuk persepsi Israel terhadap bangsa Arab. Walaupun Negara Arab tidak berkuasa melebihi kemampuan militer Israel, polulasi yang besar dan mencari keuntungan untuk yang sudah pasti, harapan Israel itu memiliki potensi menjadi penguasa. Meskipun dirasa pikirannya rendah, kemungkinan itu terlihat sebagai kekuasaan penuh dalam senjata konvensional yang tidak hanya dapat dicapai tapi tidak dapat dihindarkan. Contoh kedua, terjadi didalam perpecahan Yugoslavia, yang mana mempercayai diri mereka untuk menjadi bangsa Serbia, tapi lebih melemah dalam kemapuan. (Cottan & Cottam, 2001). Pada kasus kedua, musuh meminta: Israel melihat pada US dan Eropa, dan Kroasia melihat pada Slovenia dan selain Negara Eropa semangat ini berasal dari usaha untuk merdeka dari Yugoslavia.

Its not about Love

Terkadang kita bingung dibuatnya
Terkadang rasa itu begitu menyiksa
Tak jarang membuat kita selalu bertanya
Karena sampai sekarang hal itu masih maya

Motivasi selalu kita pompakan
Sebagai defense dari sebuah kejenuhan
Orientasi selalu kita bangun secara temporal, spatial dan individual
Sebagai upaya menjalin sebuah relasi sosial
Tak jarang segala macam phobia kita hadang
Demi mendapatkan sebuah impian yang selalu kita gadang-gadang
Asal jangan membuat yang haram jadi halal
Karena kita sadar akan gejala multiaxial

Ini bukan tentang cinta
Ini bukan tentang wanita
Ini bukan kata-kata pujangga cinta
Ini bukan kata-kata pujangga wanita
Tapi ini adalah sebuah keluh tentang cita-cita
Ini adalah sebuah sastra dari sebuah makna kata
Ini hanya sebuah gurat pemikiran dari mulai alfa sampai beta
Ini adalah sebuah domain psikologi yang kucoba rangkai, karena syarat makna…
Hahahahahaha…….

Quo Vadis Pansus Century

Sudah hampir dua bulan pansus angket Century bekerja. Mulai dari pagi sampai tengah malam mereka bekerja mengumpulkan data dari kesaksian beberapa tokoh yang diduga terkait dalam kasus bail out Century. Beberapa tokoh berhasil dihadirkan, demi mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mengungkap kebenaran dari sebuah tuduhan konspirasi pengeluaran dana bailout Bank Century mulai dari Boediono, Sri Mulyani, Jusuf Kalla, Robert Tantular, Darmin Nasution dan masih ada beberapa tokoh lagi yang dihadirkan untuk dimintai keterangannya dalam kasus ini. Setelah berlangsung lebih dari sebulan, anehnya sepertinya tak banyak data dan informasi yang diperoleh, sehingga pansus seakan belum siap mengeluarkan keputusan sementara. Bila dilihat dari rentang waktu yang dimiliki Pansus, memang mereka masih memiliki waktu untuk mengumumkan itu. Tapi paling tidak, ada sedikit secercah pencerahan sehingga rakyat tal lagi bertanya-tanya tentang apa yang dikerjakan Pansus selama ini. Karena dalam hal ini rakyat sendiri tidak mau tahu menahu tentang apa yang terjadi didalam Pansus, yang rakyat inginkan adalah adanya sebuah kejelasan mengenai kasus ini, asumsinya adalah rakyat sudah mengembankan amanahnya pada anggota dewan terhormat, dan didalamnya termasuk panitia angket Bank Century itu. Terkesan egois memang, ya tapi itulah hakikatnya rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.
Harapan demi harapan selalu ditunggu, kejelasan demi kejelasan selalu dicari untuk memecahkan missing link yang terjadi pada aliran dana Century. Tapi sepertinya rakyat masih harus menunggu dan menunggu, karena pansus kelihatannya lebih dulu mementingkan penyelesaian konflik diantara sesama anggota pansus. Wajar memang, karena anggota pansus terdiri dari beberapa fraksi yang memiliki perbedaan pemahaman dan perbedaan kepentingan. Tampaknya pansus harus mencocokkan kesimpulan yang diambil dari setiap fraksi. Logikanya, menyatukan pikiran saja bisa memakan waktu yang lama, lalu bagaimana dengan kasus ini, dimana pansus harus menyatukan perbedaan kepentingan. Tapi tak apalah, asalkan nantinya pansus dapat menghasilkan sebuah kesimpulan yang jelas, jangan malah meninabobokan rakyat karena harus menunggu lama sebuah kesimpulan yang dikeluarkan pansus.
Perdebatan alot memang selalu mewarnai kegiatan pansus. Entahlah apa yang mereka perdebatkan, rupanya mereka masih belum menyadari hakikat mereka sebagai pengemban amanah rakyat yang seharusnya memiliki kesatuan visi, tapi malah sebuah ironi yang terjadi didalamnya. Karena kini telah terjadi apa yang dinamakan “Politik Barbar” dimana terjadi serang menyerang argument antara sesama anggota pansus untuk membenarkan argumennya. Padahal mereka berada didalam sebuah institusi yang seharunya membuat mereka semakin terhormat dan selalu memperjuangkan kebenaran. Hanya sebagian anggota pansus yang benar-benar serius ingin membongkar kasus Century ini, karena sisanya merupakan mitra koalisi, sehingga mau tidak mau harus mengikuti power dari pihak koalisi, oleh karena itu dirasakan kini tujuan dari pansus ini seakan berbelok tidak lagi pada jalurnya, tapi seakan diperhalus dengan konflik-konflik yang terjadi agar dapat menyamarkan pembelokkan arah ini. Oleh karena itu, rakyat selalu disajikan pemandangan anngota pansus yang selalu berseteru, sehingga ini dapat menjadi sebuah alibi bagi pansus apabila rakyat mulai menanyakan kinerja pansus selama ini, terlebih lagi peran media yang begitu setia meliput kerja pansus, tentu semakin berhasil tujuan pembelokkan pansus, tapi sayangnya tidak semua jeli melihat itu.
Hal ini terlebih dapat karena komposisi anggota pansus itu sendiri lebih didominasi frkasi yang mendukung pemerintahan pada masa itu, rupanya blok koalisi lebih besar proporsinya ketimbang blok oposisi, otomatis ini sangat mendukung sekali. tapi rasanya jelas juga dapat terlihat, dari vokalitas anggota pansus yang hanya itu-itu saja orangnya, mulai dari Marruarar Sirait, Ganjar Pranowo, Melchias…, dan Akbar Faisal, dan sisanya lagi entah kemana. Kalaupun mengajukan pertanyaan, ya rasanya ngambang terdengar pertanyaannya. Adapun dari fraksi Demokrat yang terlihat seperti pasang badan tentang kasus ini, dengan selalu menyimpulkan tidak ada yang salah dari bail out Century. Tentu berbading terbalik dengan fraksi PDI P, Hanura, dan Gerindra yang menyimpulkan telah terjadi sebuah kekeliruan terhadap proses penyelamatan Bank Century.
Seperti yang kita ketahui bersama fraksi Demokrat merupakan fraksi yang berpengaruh besar dipansus. Selain jumlah anngotanya yang kuat, fraksi-fraksi yang lain (kecuali PDI-P, Gerindra dan Hanura) merupakan mitra koalisi, oleh karena itu secara otomatis power yang mampu mempengaruhi apapun keputusan dari pansus ini tentunya dari fraksi ini. Tapi tidak menutup kemungkinan “Minority Influence” malah dapat lebih berpengaruh, karena penelitian terdahulu pernah menunjukkan adanya kekuatan minoritas yang dengan sukses mempengaruhi suara mayoritas dibawah keadaan spesifik (Kaarbo, 1998; Karboo & Beasley, 1998; Moscovici, 1985). Suksenya suara minoritas mendesak suara pengaruh suara mayoritas dengan tetap menjadi oposisi (Wood Lundgter, Oullete, Besceme, & Blackstorie, 1994), setiap anggota oposisi yang konsisten memperjuangkan suara minoritas merasa lebih jujur dan berkompeten (Bassili & Provencal, 1988). Rasanya teori diatas memang benar-benar menujukkan keadaan sekarang yang terjadi didalam Pansus Century.
Dengan adanya perdebatan dari beberapa fraksi ini, sebenarnya hanya menambah rakyat semakin bingung. Sebenarnya akan dibawa kemana kasus Century ini??? Apakah akan dibawa keranah hukum, atau malah akan dibawa keranah politik. Padahal sudah seringkali beberpa anggota Pansus mengatakan, didalam pansus ini kita bukan mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah, tapi kita mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi anehnya sekarang malah berkembang isu tentang “pemakzulan” presiden dari arah Pansus Century ini. Berarti secara eksplisit sangatlah jelas Pansus ini tidak lagi berada dijalur hukum, tapi sudah berbelok mengembara kearah politik dengan isu impeachment tersebut.
Mudah-mudahan kesimpulan yang nantinya dihasilkan oleh Pansus Century, benar-benar kesimpulan yang sesungguhnya, tak ada lagi tunggang-menunggang kepentingan untuk membelokkan kesimpulan dari kasus ini, karena sejatinya rakyat sudah lelah dengan semua pembodohan ini, sekarang sudah saatnya kedaulatan rakyat benar-benar ditegakkan, sehingga tak ada lagi borok-borok yang tersamarkan, dan tentunya proses hukum dari hasil Pansus ini nantinya tidak hanya menjadi isapan jempol tapi benar-benar dijalankan sebagaimana mestinya.
Sebagai rakyat biasa kita hanya mampu berdoa, semoga kasus ini dapat benar-benar terselesaikan sampai ke akar-akarnya, tentu rakyat akan selalu memantau kasus ini. Mulailah belajar menerima kenyataan, jangan malah menutupi sebuah kenyataan. Mungkin itulah sedikit himbauan bagi para anggota Pansus angket Century, karena kini rakyat sudah pasang badan untuk terus memantau penyelesaian kasus ini,,, tangan terkepal dan maju kemuka…!!!!

Senin, 11 Januari 2010

Love Abuse (Abnormal Approach, Part II)

Kenapa penderita insomnia kebanyakan wanita….???
Aha…aku tahu.., karena mereka lebih banyak berpikir tentang rasa, ketimbang logika….
Entah itu insomnia kronis, transient, atau bahkan intermittent…
Aku yakin pasti ada hubungannya dengan sebuah komitmen…
Tapi hebatnya jarang berkembang menjadi sexsomnia yang merupakan tipe dari parasomnia…
Karena itu lebih sering terjadi pada pria, seperti halnya hipersomnia….
Ya.., begitulah wanita…
Mereka mengurangi motilitas ususku…
Mengencangkan detak jantungku…
Membuat pupilku yang besar menjadi mengecil, bahkan cenderung tidak stabil…
Aku bingung, apakah ini sebuah pencetus, predisposisi atau sebuah kontribusi
Karena hawa menjadikanku semakin adiksi…
Aku tak mau menjadi love abuse…
Tuhan…
Kirimkan aku petidin, codein, heroin atau morfin dari golongan opioda…
Ketimbang barbiturate dan meprobamat dari golongan sedative hipnotika…
Tapi jangan juga kau lupakan stimulansia, kanabinoida, dan halusinogenika…
Karena aku takut, ini menjadikanku intosikasi akut…
Berharap terhindar dari sindrom amnestik yang akan menjadikanku psikotik…
Dengan tidak memungkiri dari ketergantungan psikologik dan fisik…
Karena efek spesifik ini berawal dari sebuah kimiawi psikoaktif
Yang semakin membuatku menjadi pasif…

Minggu, 10 Januari 2010

Love Disorder (Abnormal Approach)

Sendiri…,Begitulah keseharianku
Sepi…..,Begitulah suasana hatiku…
Laksana autis disetiap hari-hariku…
Seperti amnesia akan cinta…
Terasakan sebuah delirium yang tidak umum…
Akankah ini menjadi sebuah demensia kompleks….???
Tidak…
Denial harus segera tercipta….!!!
Afek tentang cinta harus menjadi manik…!!!
Karena aku bukanlah penderita gangguan mental organik..!!!
Bergeraklah menuju minor, jangan mayor…!!!
Karena jika mayor aku akan mengalami retardasi psikomotor…
Tapi aku juga tidak ingin menjadi paranoid…
Yang menjadikanku erotomania bahkan sampai megalomania…
Aku hanya ingin menghilangkan persekutorik dari tipe somatik…
Itu akan membawaku menjadi seorang parafrenia..,
Atau bahkan sampai pada tahap shared paranoid…
Cinta..cinta…
Tak ku sangka kau membawaku sampai pada toleransiku….
Padahal aku berharap adanya sedikit withdrawal…
Tapi tak apalah.., asalkan tidak menjadi parafilia aku sangat bahagia…
Karena ancaman fetishism dan transvesticnya begitu memalukan…
Belum lagi dengan voyeurism dan frotteurism…
Kini rasanya cinta menjadi insomnia…
Ah …tapi tak apalah, karena ku yakin ini adalah sebuah karunia…

Rabu, 06 Januari 2010

Bogorku yang hilang

2010 merupakan sebuah titik awal dari beberapa sebuah resolusi yang akan kita jalani setahun kedepan. Beberapa rangkaian aktivitas celebarasi membuat hiruk pikuk dibeberapa kota besar, tak terkecuali kota kelahiranku Bogor tercinta. Gerombolan keluarga dari luar maupun dalam kota terus membanjiri kotaku tercinta, mulai dari yang hanya sekedar berkunjung ke sanak keluarga, sampai yang benar-benar berniat mengahabiskan liburan tahun baru di kota Bogor dengan mendatangi tempat-tempat wisata sampai menyewa vila-vila yang tersedia di kawasan agrowisata.
Kepadatan kendaraan terjadi disetiap sudut kota, sehingga roda kendaraan sangatlah sulit untuk bergerak sekedar berguling berputar kedepan. tak hanya kendaraan roda empat saja, hiruk pikuk kendaraan roda dua pun turut memadati jalan-jalan disekitar ibukota. Oleh sebab itu tak aneh rasanya melihat lahan parker yang semakin meluas, bahkan kerap kali memanfaatkan lebar bahu jalan.
Kotaku yang tentram dan nyaman menjadi layaknya kota yang teramat padat penduduknya, sehingga mulai terkikislah tingkat kenyamanan kota, baik dari segi pengguna jalan maupun kualitas udara yang semakin menjadi tidak bersahabat. Hal itu debabkan karena asap kendaraan bermotot yang terus memadati kota Bogor, sehingga membuat oksigen semakin kotor. Belum lagi permasalahan sampah yang berserakan dimana-mana karena ulah beberapa oknum yang seakan tak berdosa membuang sampah tidak pada tempatnya. Tentu saja hanya menambah tingkat polusitas dikotaku Bogor tercinta.
Slogan Gemah, ripah, repeh, rapih rasanya tak cocok lagi tersematkan dikotaku pada saat itu. Bagaimana tidak, karena tingkat urban tourism yang semakin meningkat, tentunya sangatlah sulit memanage itu semua menjadi sebuah penataan yang baik. Bogor seakan terkoyak dengan intense ini.
Memang ada pemasukan daerah yang meningkat, tapi saya pikir itu tidak sebanding beberapa dampak kerugiannya, mulai dari polusi udara, sampai tingkat kemacetan yang begitu tinggi shingga mengurangi kenyamana para penduduk kota. Kita harus lebih bijak lagi menghadapi semua ini, semoga kita masih dapat merasakan aroma segar kota Bogor…..

power and ageism

Power and Ageism
Sejarah kembali tercipta dari proses demokrasi dinegeri ini. Mulai dari terpilihnya SBY yang dipilih langsung oleh rakyat, sekarang yaitu terpilihnya Edhi Bhaskoro Yudhoyono yang notabenenya adalah anak dari sang presiden dan merupakan salah satu tokoh muda di kerajaan legislative terpilih dengan suara terbanyak menyaingi politikus-politikus handal yang sudah banyak mersakan asam garam dalam dunia perpolitikan dinegeri ini yang ikut bersaing untuk mendapatkan satu tempat terhormat didalam pemerintahan. Tidak hanya itu banyak tokoh-tokoh muda yang minim pengalaman dalam pemerintahan, tapi tentunya memiliki modal yang cukup tidak hanya secara financial, tapi juga secara networking yang terpilih menjadi anggota legislative.
Heran sekaligus takjub, bila menyaksikan realita yang terjadi. Bagaimana tidak??seorang muda yang lugu, polos serta minim pengalama organisasi dapat meyakinkan rakyat untuk dipilih sebagai wakil rakyat, bahkan dengan peraihan suara yang melesat. Sungguh menjadi sebuah ironi bila kita membandingkan dengan beberapa tokoh yang sudah matang secara politik dan pemerintahan, tapi kalah raihan suaranyanya dalam pemilu legislative atau bahkan tidak memenuhi syarat untuk dapat duduk diparlemen.
Its not what you know, but its who you know, mungkin inilah yang terjadi saat ini. Bila kita flashback kebelakang, Ibas sapaan dari Edhi Bhaskoro Yudhoyono merupakan anak seorang presiden, anak seorang pemegang pangku kekuasaan di negeri ini, sudah barang tentu banyak orang yang mengenalnya banyak pejabat yang mengenalnya. Tak jauh berbeda dengan Ibas, tokoh muda dikerajaan legislative juga kebanyakan dari mereka memiliki system networking yang baik juga sehingga mereka dapat berhasil dipemilihan legislative beberapa bulan lalu. Walaupun sedikit kemampuannya, sedikit pengetahuan politiknya, dan sedikit pula pengalaman organisasinya. Ya tapi itulah yang terjadi. Saat ini “tidak penting apa yang dimiliki seseorang, jika dia tidak mengenal seseorang.”
Atau mungkin kini terjadi stereotype ageism pada pemilih. Pemilih tak lagi tertarik untuk memilih tokoh-tokoh tua yang sudah matang dalam pemerintahan tak lagi menjadi alternative pilihan, karena ada tokoh muda yang lebih fresh, yang lebih visioner dibandingkan tokoh tua yang dianggap sudah tidak produktif lagi, karena terbukti dalam beberapa rapat terlihat tokoh-tokoh tua yang tertidur pulas, sedangkan seharusnya ia menyusun undang-undang bukan malah menyusun mimpi didalam larut tidurnya. Sehingga itulah yang menjadi pertimbangan para pemilih apabila mereka memilih tokoh-tokoh tua dan matang.
Tidak hanya secara visioner secara pemikiran. Kita bisa membandingkannya pada saat mereka melakukan kampanye, dimana tokoh-tokoh muda tak hanya berkampanye menggunakan media tertulis dengan poster-poster di Koran, dijalan, atau dengan baleho-baleho dan spanduk seperti halnya cara konvensional. Tapi mereka sudah memasukkan kampenya mereka kedalam dunia maya dengan memanfaatkan iklan-iklan di internet, sehingga kampanye mereka tidak hanya paper based tapi juga menggunakan web based, karena dirasakan saat ini dapat lebih efektif.
Dari keseluruhan factor yang mempengaruhi keterpilihan kaum muda diparlemen tak terlepas dari permasalahan power yang dimiliki. Dimana menurut Franch & Raven power adalam kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. kaum muda saat ini dinilai dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan visi dan beberapa pemikirannya yang lebih fresh dan tentunya tidak konvensional seperti para tokoh pendahulunya. Karena negeri ini butuh perubahan dan kaum mudalah yang diharapkan dapat berperan sebagai agen of cange, kaum muda diharapkan dapat menjalankan amanah rakyat yang sudah banyak dikecewakan oleh janji-janji kaum tua yang sampai saat ini masih belum dapat ditepati. Walaupun sepertinya masih harus meraba-raba untuk mengetahui kemampuan kaum muda. Inilah yang terjadi how power influences moral thinking seseorang, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk lebih memilih kaum muda dibandingkan kaum tua yang sudah banyak terbuang janji-janjinya di dalam tempat sampah.

bla...bla...bla...

Sejarah kembali tercipta dari proses demokrasi dinegeri ini. Mulai dari terpilihnya SBY yang dipilih langsung oleh rakyat, sekarang yaitu terpilihnya Edhi Bhaskoro Yudhoyono yang notabenenya adalah anak dari sang presiden dan merupakan salah satu tokoh muda di kerajaan legislative terpilih dengan suara terbanyak menyaingi politikus-politikus handal yang sudah banyak mersakan asam garam dalam dunia perpolitikan dinegeri ini yang ikut bersaing untuk mendapatkan satu tempat terhormat didalam pemerintahan. Tidak hanya itu banyak tokoh-tokoh muda yang minim pengalaman dalam pemerintahan, tapi tentunya memiliki modal yang cukup tidak hanya secara financial, tapi juga secara networking yang terpilih menjadi anggota legislative.
Heran sekaligus takjub, bila menyaksikan realita yang terjadi. Bagaimana tidak??seorang muda yang lugu, polos serta minim pengalama organisasi dapat meyakinkan rakyat untuk dipilih sebagai wakil rakyat, bahkan dengan peraihan suara yang melesat. Sungguh menjadi sebuah ironi bila kita membandingkan dengan beberapa tokoh yang sudah matang secara politik dan pemerintahan, tapi kalah raihan suaranyanya dalam pemilu legislative atau bahkan tidak memenuhi syarat untuk dapat duduk diparlemen.
Its not what you know, but its who you know, mungkin inilah yang terjadi saat ini. Bila kita flashback kebelakang, Ibas sapaan dari Edhi Bhaskoro Yudhoyono merupakan anak seorang presiden, anak seorang pemegang pangku kekuasaan di negeri ini, sudah barang tentu banyak orang yang mengenalnya banyak pejabat yang mengenalnya. Tak jauh berbeda dengan Ibas, tokoh muda dikerajaan legislative juga kebanyakan dari mereka memiliki system networking yang baik juga sehingga mereka dapat berhasil dipemilihan legislative beberapa bulan lalu. Walaupun sedikit kemampuannya, sedikit pengetahuan politiknya, dan sedikit pula pengalaman organisasinya. Ya tapi itulah yang terjadi. Saat ini “tidak penting apa yang dimiliki seseorang, jika dia tidak mengenal seseorang.”
Atau mungkin kini terjadi stereotype ageism pada pemilih. Pemilih tak lagi tertarik untuk memilih tokoh-tokoh tua yang sudah matang dalam pemerintahan tak lagi menjadi alternative pilihan, karena ada tokoh muda yang lebih fresh, yang lebih visioner dibandingkan tokoh tua yang dianggap sudah tidak produktif lagi, karena terbukti dalam beberapa rapat terlihat tokoh-tokoh tua yang tertidur pulas, sedangkan seharusnya ia menyusun undang-undang bukan malah menyusun mimpi didalam larut tidurnya. Sehingga itulah yang menjadi pertimbangan para pemilih apabila mereka memilih tokoh-tokoh tua dan matang.
Tidak hanya secara visioner secara pemikiran. Kita bisa membandingkannya pada saat mereka melakukan kampanye, dimana tokoh-tokoh muda tak hanya berkampanye menggunakan media tertulis dengan poster-poster di Koran, dijalan, atau dengan baleho-baleho dan spanduk seperti halnya cara konvensional. Tapi mereka sudah memasukkan kampenya mereka kedalam dunia maya dengan memanfaatkan iklan-iklan di internet, sehingga kampanye mereka tidak hanya paper based tapi juga menggunakan web based, karena dirasakan saat ini dapat lebih efektif.
Dari keseluruhan factor yang mempengaruhi keterpilihan kaum muda diparlemen tak terlepas dari permasalahan power yang dimiliki. Dimana menurut Franch & Raven power adalam kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. kaum muda saat ini dinilai dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan visi dan beberapa pemikirannya yang lebih fresh dan tentunya tidak konvensional seperti para tokoh pendahulunya. Karena negeri ini butuh perubahan dan kaum mudalah yang diharapkan dapat berperan sebagai agen of cange, kaum muda diharapkan dapat menjalankan amanah rakyat yang sudah banyak dikecewakan oleh janji-janji kaum tua yang sampai saat ini masih belum dapat ditepati. Walaupun sepertinya masih harus meraba-raba untuk mengetahui kemampuan kaum muda. Inilah yang terjadi how power influences moral thinking seseorang, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk lebih memilih kaum muda dibandingkan kaum tua yang sudah banyak terbuang janji-janjinya di dalam tempat sampah.

Selasa, 05 Januari 2010

aku tak paham....!!!

Saya tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi kini.
Saya tidak paham apa yang sedang mereka ributkan.
Apakah saya bodoh???
Atau apakah karena saya tidak mengikuti berita???
Atau mungkin juga karena saya yang tak perduli dengan para wali (pejabat negeri)
Kenapa saya begini???
Saya pikir saya tidak satu level memikirkan yang berada dibawah level saya
Saya pikir tidak ada gunanya membahas tentang mereka
Saya pikir hanya membuang waktu saya kalau ikut-ikutan berdebat tentang mereka
Karena mereka semua hanyalah sampah yang tidak pada tempatnya
Karena mereka hanyalah bedebah dari sekian banyak wabah
Karena mereka hanyalah lintah, yang tidak selalu berada ditempat yang basah
Karena mereka adalah munafik dari setiap topik
Karena mereka tidak penting menjadi suatu yang penting
Karena mereka tak pantas berada ditempat yang pantas
Karena mereka adalah enemy dari sekian banyak musuh
Tapi beruntunglah saya masih memiliki banyak sahabat
Sahabat yang rela panas-panasan demi memperjuangkan rakyat
Tapi tak jarang juga sahabat saya yang menjadi pengkhianat
Demi mendapat seperak mereka rela menjilat
Tapi aku yakin sahabat-sahabat saya adalah orang yang hebat
Aku yakin sahabat-sahabat saya orang yang kuat dan bermartabat
Sehingga tak goyah terus berjuang melawan koruptor keparat