Rabu, 09 Juni 2010

Antara Israel, Luna Maya, Cut Tari dan Ariel

Belakangan ini diberbagai media pemberitaan cetak maupun elektronik sedang panas-panasnya mengulas video mesum seseorang yang mirip artis Ariel dan Luna maya. Tak hanya berhenti disitu, beberapa hari kemudian ramai dibeberapa jejaring social pemberitaan tentang video mesum lanjutan masih dengan tokoh yang sama yaitu orang yang mirip Ariel tapi bedanya kini bersama orang yang mirip dengan Cut tari.
Untuk kasus video ini memang sangat menjadi buah bibir dimasyarakat. Selain karena semua tokoh yang bermain dalam video mesum itu merupakan artis yang sedang naik daun dengan berbagai pencapaian prestasi yang telah diraihnya, tapi juga diakibatkan kualitas video yang memang nyaris sempurna tanpa sebuah proses editing yang canggih. Video berdurasi sekitar 8 menit tersebut terlihat secara alami dan amatir direkam langsung oleh pelaku yang ada didalam video tersebut.
Pemberitaan tentang video ini rupanya mengalahkan pemberitaan tentang saudara-saudara kita yang sedang mengalami penderitaan di Palestina akibat blokade Israel terhadap Gaza. Video ini juga telah mengalahkan pemberitaan tentang relawan yang mencoba merangsek masuk ke Gaza walau harus menghadang pasukan-pasukan bengis Israel yang tak punya rasa kemanusiaan.
Padahal kita tahu sebelumnya, setiap hari media selalu mengabarkan keadaan saudara-saudara kita yang tengah berjuang melawan penindasan, dan juga pejuang-pejuang kemanusiaan yang rela mengorbankan nyawanya demi dapat menolong saudara-saudara kita semua yang semakin terbelenggu oleh dinding keangkuhan Israel hanya atas dasar kemanusiaan.
Saya mencoba menyusun serpih-serpih dugaan dari berbagai keadaan yang ada. Bisa saja beredarnya kedua video mesum tersebut merupakan propaganda zionisme di negeri ini. Karena dirasakan sangatlah kontras. Bila sebelumnya pemberitaan didominasi oleh para syuhada yang harus berhadapan dengan maut, hanya untuk menyalurkan bantuan ke jalur Gaza, tapi sekarang ini yang diberitakan hanyalah ahli maksiat yang sedang bernafas dengan nafsu kebinatangan.
Bila dugaan saya ini benar, berarti zionis tak hanya telah berhasil memblokade jalur Gaza, akan tetapi mereka juga telah berhasil memblokade tentang kebiadaban zionis Israel untuk diberitakan kepada semua umat manusia dinegeri ini. Tapi kembali lagi ini hanyalah sebuah dugaan sementara, untuk kebenarannya wallahu a’lam bis shawab.

Kamis, 06 Mei 2010

Itsn’t about Love

Terkadang kita bingung dibuatnya
Terkadang rasa itu begitu menyiksa
Tak jarang membuat kita selalu bertanya
Karena sampai sekarang hal itu masih maya

Motivasi selalu kita pompakan
Sebagai defense dari sebuah kejenuhan
Orientasi selalu kita bangun secara temporal, spatial dan individual
Sebagai upaya menjalin sebuah relasi sosial
Tak jarang segala macam phobia kita hadang
Demi mendapatkan sebuah impian yang selalu kita gadang-gadang
Asal jangan membuat yang haram jadi halal
Karena kita sadar akan gejala multiaxial

Ini bukan tentang cinta
Ini bukan tentang wanita
Ini bukan kata-kata pujangga cinta
Ini bukan kata-kata pujangga wanita
Tapi ini adalah sebuah keluh tentang cita-cita
Ini adalah sebuah sastra dari sebuah makna kata
Ini hanya sebuah gurat pemikiran dari mulai alfa sampai beta
Ini adalah sebuah domain psikologi yang kucoba rangkai, karena syarat makna…
Hahahahahaha…….

Skizoprenia…

Skizoprenia
Hanya sebuah manifestasi dari psikoanalisa…
Unrealitas thinking serta simbolis pemaknaan masing-masing…
Ditambah deteriorasi jangka panjang berupa delusi dan halusinasi…
Ataukah simtom asosiasi, autism, afek dan ambivalensi…
Adakah terapinya…???
Walau hanya sebuah intervensi sosial sebagai terapi individual…
Ditambah dengan larangan hostile argumentative yang sangat over protective…
Tapi setahuku bisa juga dengan obat-obat psikotik…
Ah.., tapi kurasa itu hanya sekedar untuk menegakkan sebuah diagnostik…
Lalu bagaimana dengan skizopreniform dan skizoafektif yang merupakan gangguan depresif…
Tentu mereka butuh pengobatan yang efektif…

Polisiku Sayang

Siang itu tanggal 29 april 2010 aku hendak mengantar sepupu pulang ke sukabumi sekaligus berkunjung kerumah keluarga yang lain disana. Ada dua pilihan jalan alternative, melalui puncak atau melalui jalan Bogor-Sukabumi. Saya memilih jalan melalui puncak, selain lebih minim resiko kecelakaan sekalian juga penyegaran dari hiruk pikuk mobilitas Jakarta yang membuat penat, dengan menghirup udara dihamparan pegunungan dengan kebun teh yang mengelilinginya.

Saat itu perjalanan sangat lancar, karena hampir tak ditemui kepadatan disetiap titik-titik yang biasanya menjadi area rawan kemacetan. Cuaca pun sangat mendukung karena tidak terlalu panas, tapi memang agak sedikit mendung. Tikungan demi tikungan kami lewati, dengan alur jalan yang berkelok naik turun yang merupakan hasil kerja paksa pada masa penjajahan Romusha dulu.

Setelah melewati puncak pass, disitu lajur terbagi menjadi dua dengan pos polisi yang berada dititik tengahnya. Kami pun melaju dengan bebasnya melewati pos polisi tersebut. Tiba-tiba rupanya ada polisi yang mengejar kami, lalu menyuruh kami berhenti. Pak polisi meminta saya untuk mengeluarkan SIM dan STNK. Dengan tenang saya mengeluarkan dompet dari kantong celana dan menyerahkannya pada pak polisi yang wajahnya tidak terlalu garang, karena dilihat dari nama dan warna kulitnya saya berasumsi kalau dia adalah orang Jawa. Setelah ia memeriksa SIM dan STNK, saya diajak untuk mengikutinya ke pos polisi yang telah kami lewati tadi, saya sih nurut saja karena saya pikir saya tidak salah. Dalam pikiran saya, mungkin ia ingin menawarkan kami kopi, karena pada saat itu udara puncak lumayan dingin. Tapi anehnya SIM dan STNK saya, ia masukkan ke dalam sepatunya yang tinggi itu yang hampir mirip sepatu boat yang biasa dipakai oleh Polantas, mungkin agar mereka terlihat lebih tinggi, gagah dan berwibawa sehingga dapat dengan mudahnya menginjak-nginjak rakyat jelata.

Sesampainya di pos polisi, kami disuruh masuk. Tapi sebelumnya saya menyuruh sepupu saya untuk menelpon papa nya yang memang cukup berpengaruh di wilayah Cianjur dan sekitarnya. Ketika masuk diruangan yang tidak teralu luas itu, saya disodorkan lembaran yang ternyata adalah pasal-pasal pelanggaran. Sontak saya kaget, karena pasal-pasal yang merupakan buah pemikiran anak-anak bangsa hanya terbungkus dengan plastik laminating, yang tak ada bedanya dengan daftar menu makanan yang dapat kita dapati di kafe atau warung pecel. Jadi, setiap pelanggar hanya disajikan beberapa menu pasal yang telah disertai dengan daftar harga pelanggaran yang tertera. Mungkin bedanya, bila di kafe dan warung pecel tidak bisa ditawar-tawar lagi, sedangkan daftar harga pasal-pasal pelanggaran masih bisa ditawar.

Saya kembali dikagetkan lagi, karena saya dikenai dua pasal pelanggaran. Yang pertama, tidak menggunakan helm SNI, karena sepupu yang saya bonceng hanya menggunakan helm putih cetok yang biasa anak-anak Jogja pakai. Kedua, saya dikenai pasal tidak menggunakan atribut motor standar, karena plat nomot saya bukan plat nomor asli yang dikeluarkan oleh kepolisian. Daftar harga pelanggaran yang pertama adalah Rp. 250.000 dan yang kedua Rp. 750.000. tentu ini sangat tidak rasional bukan?
Pada saat itu pak polisi hanya memberi tahu bahwa saya harus mengikuti siding pada tanggal 7 mei 2010, tentu saya meminta jadwal siding yang lebih cepat. Tapi anehnya pak polisi tak kunjung menuliskan pelanggaran saya pada buku tilang. Mungkin kita semua sudah paham maksudnya apa. Kemudian pak polisi mencoba mewawancarai kami;
Polisi; “memangnya kalian mau kemana”???

sepupu saya menjawab: “kita mau ke ASTEN (Asrama TNI)pak.., mau balikin motor, soalnya motornya mau dipakai papa dinas …
polisi: memangnya dinas dimana???
Sepupu: di Koramil (Komando Rayon Militer)Cianjur pak
Polisi: siapa nama papa nya…??? Coba saya ingin lihat KTP kamu…!!!
Sepupu: pa Dadang pak…
Polisi tersebut, terlihat diam sambil memeriksa KTP sepupu saya. Kemudian tiba-tiba ia mengembalikan KTP, SIM dan STNK kepada saya. Berhubung saya orang psikologi, tak afdol rasanya bila tidak memainkan emosi pak polisi ini, saya pun sedikit tersenyum dengan sedikit sinis. Benar saja dugaan saya, tiba-tiba saja pak polisi mengambil kembali KTP, SIM dan STNK, kemudian membentak saya dengan nada yang cukup tinggi.
Polisi; kenapa kamu senyum sinis seperti itu, saya sudah baik sama kamu tapi kamu seperti tidak menghargai saya..!!! saya tidak menilang kalian karena saya menghormati papanya dia (sepupu saya). Sebenarnya bisa saja saya menilang kamu, toh saya punya bukti. Saya gak takut, bapak saya juga pangkatnya lebih tinggi.

Pada saat itu saya diam dengan sedikit berkilah, tapi terus bergumam dalam hati…(”yaudah sii, kalo emang mau tilang..ya tilang aja.., katanya gak takut.., koq gak jadi nilang…”). Akan tetapi, karena saya seorang yang berjiwa besar, saya langsung meminta maaf, bila senyuman saya menyakiti hati pak polisi. Akhirnya kami pun dibolehkan melanjutkan perjalanan.

Ini sebuah cerita nyata yang mungkin dialami banyak orang dinegeri tercinta ini. Hal seperti ini yang membuat citra polisi semakin terpuruk saat ini. Reformasi besar-besaran memang harus dilakukan. Tak hanya masalah birokrasi, tapi juga masalah pasal-pasal yang tidak rasional yang hanya membuat rakyat mual. Bayangkan saja denda bila tidak memakai helm SNI Rp. 250.000, lalu kapan kita bisa beli helm SNI kalau harus membayar denda. Agar lebih rasional, sekalian saja polisi menyediakan helm SNI, bila tidak ada yang melanggar hukumannya harus membeli helm SNI pada polisi. Itu lebih rasional bukan..???

Masalah penataan institusi memang benar-benar harus dimaksimalkan. Ini hanya sebagian contoh kecil dari beberapa kasus fenomenal yang terjadi dinegeri ini. Semoga dapat menjadi perenungan bagi siapa saja yang ataupun pihak yang terkait. Karena disini tak ada maksud mendiskreditkan satu pihak pun. Marilah kita benahi bersama negeri ini….

Senin, 26 April 2010

EMANSIPASI WANITA

Itulah kiranya sebuah karya pikir dari seorang wanita bernama Kartini yang telah berhasil membebaskan kaum wanita dari mainstream yang memaksa kaum wanita untuk hanya sekedar menjadi ibu rumah tangga yang hanya berurusan dengan “3-ur” (dapur, sumur dan kasur).
Emansipasi yang didengungkan oleh Kartini, mewakili letupan perasaan yang selama bertahun-tahun dirasakan oleh wanita pada saat itu. Kata emansipasi seakan menjadi bola salju yang semakin lama semakin membesar menggelinding mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Peranan wanita selalu terdiskreditkan pada saat itu, dimana terjadi serba pelarangan baginya. Tapi Kartini berhasil memperjuangkan hak-hak wanita dari kungkungan stigma yang telah lama terbentuk di masyarakat Indonesia pada saat itu.
Rupanya perjuangan Kartini tak sia-sia, terbukti kini banyak penerus Kartini yang telah berhasil mencapai puncak prestasi yang setara tengan posisi kaum laki-laki diberbagai segi kehidupan. Sudah tak aneh lagi bila dibeberapa wilayah, daerah, institusi, bahkan negara dipimpin oleh seorang wanita. Lumrah kini sudah terbentuk, tinggal bagaimana kini kualitas kepemimpinan seorang wanita mampu terjaga dan dipertahankan.
Meski didalam Al qur’an sendiri menjelaskan dengan sebuah ayat yang berbunyi arrijalu qowwamu ala anisa yang artinya laki-laki merupakan pemimpin atas perempuan. Meskipun demikian, tapi tidak ada penekanan disitu bahwa seorang pemimpin haruslah seorang laki-laki. Karena Allah memang maha adil memperlakukan semua hambanya baik adam maupun hawa, sehingga tak ada satu pihak pun yang merasa terdiskreditkan.
Tapi anehnya masih ada juga sebagian masyarakat yang tidak begitu perduli dengan emansipasi wanita, sehingga mereka tak mudah begitu saja merelakan dirinya dipimpin oleh seorang wanita. Entah, apakah sebagian itu adalah mereka yang tidak open minded atau mungkin memiliki beberapa pertimbangan untuk tidak menghargai emansipasi yang mati-matian diperjuangkan oleh Kartini.
Sejatinya seorang pemimpin adalah mereka yang secara wawasan, pengetahuan, kemampuan, dan kepemimpinan berada pada tahap diatas rata-rata, sehingga ia dapat mengayomi orang-orang yang berada disekitarnya. Apabila yang berada pada tahap itu adalah seorang wanita. So, saya pikir tak ada salahnya untuk memilihnya, ketimbang harus memaksakan pemimpin laki-laki, tapi tak memiliki criteria yang telah dijabarkan sebagai sebaik-baiknya seorang pemimpin.
So.., jangan takut memilih pemimpin seorang wanita, bila memang wanita itu layak untuk menjadi seorang pemimpin…

The real man or the loser man….????

Suatu hari saya bertiga bersama teman saya berada didalam bus trans Jakarta. Pada saat itu keadaan tidak terlalu padat dan tidak terlalu sepi juga. Ketika sampai disebuah halte berikutnya, masuklah seorang ibu-ibu dengan lantai gontai disertai mata yang melirik kiri dan kanan mencari posisi tempat duduk yang kosong. Tapi rupanya harapan itu sirna, karena semua tempat duduk sudah terisi.
Tiba-tiba saja seorang teman yang berinisial “A” berdiri dan merelakan tempat duduknya untuk ibu tadi. Dengan penuh keikhlasan sahabat saya berdiri dan menggantungkan tangannya dipegangan tangan yang tersedia untuk penumpang yang berdiri.
Jiwa social sahabat saya memang sangat tinggi. Tapi uniknya, dia mau merelakan tempat duduknya hanya untuk seorang ibu-ibu. Ia tak akan mau apabila merelakan kursinya untuk perempuan muda yang cantik dan menarik. Begitu ujarnya… Terbukti, pada saat duduk kembali, dan ada seorang wanita muda cantik dan menarik yang berdiri dihadapannya, ia tidak mempersilahkan wanita muda yang cantik menawan itu untuk duduk.
Rasional memang, bila kita pikirkan lebih dalam. Karena seorang wanita muda, sudah barang tentu memiliki fisik yang jauh lebih baik dari ibu-ibu. Tapi terkadang hal ini tidak disadari oleh para wanita muda usia. Ketika ia tidak kebagian tempat duduk, sedangkan dihadapannya pada waktu itu ada seorang laki-laki muda sedang duduk, tak jarang wanita muda bergumam dalam hati, atau bahkan mungkin di ucapkan dengan lisan kata-kata ini…”ngalah sedikit sama cewe apa susahnya sih..???” atau mungkin “egois banget sih nih cowo.., gak gentle banget, ngeliat cewe dibiarin berdiri”
Wajar memang bila terjadi hal seperti itu, karena wanita hakikatnya memang selalu ingin dimengerti. Tapi bila saya pikir, justru cowo yang cuek dengan membiarkan wanita berdiri itu adalah “the real man”. Malah justru cowo yang memberikan tempat duduknya pada wanita muda nan cantik yang belum dikenalnya adalah “the loser man”. Awalnya memberikan bantuan, tapi ujung-ujungnya pasti minta kenalan.
Memang tidak semua lelaki seperti itu, tapi memang kebanyakan seperti itu. Makanya penulis tidak suka sama lelaki.
Dengan tidak mengalah pada wanita bukan berarti, lelaki tidak pengertian. Tapi pasti ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan, diantaranya: kondisi fisik, pola pikir dan lingkungan yang membentuk kepribadian lelaki tersebut.
So, jangalah su’udzon terhadap seorang lelaki….

Love is never without jealousy…

Itulah padanan kata yang saya dapat dari salah satu novel fenomenal di negeri ini. Sebuah kata padanan kata yang sederhana, tetapi syarat akan makna. Seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara cinta dan cemburu.

Banyak pujangga menyatakan cemburu merupakan tanda cinta, tapi banyak juga yang tidak merasa nyaman ketika seseorang merasa di cemburui, secara tidak langsung ia tidak merasa nyaman dengan tanda-tanda cinta tersebut. Berarti konsep cemburu para pujangga telah dipecahkan dengan dengan konsep realita kehidupan manusia. Tapi masih banyak juga yang mengkultuskan arti cemburu sebagai tanda cinta.

Aneh memang bila didapati rasa cinta tanpa sebuah kecemburuan. Ibaratnya bagai sayur tanpa garam, begitulah ujar beberapa pasangan yang saya wawancarai. Tapi apabila rasa cemburu telah membutakan mata, malah bisa menjadi boomerang bagi yang merasakannya. Karena cemburu buta merupakan sesuatu yang destruktif yang hanya dilampiaskan dengan perbuatan tanpa mengakui bahwa dirinya sedang merasa cemburu, misalnya dengan tiba-tiba ngambek disertai marah-marah yang tak jelas asal muasalnya serta dengan menjelek-jelekkan orang lain yang menjadi objek kecemburuannya.

Oleh karena itu kalaupun merasakan cemburu, hendaknya tidak dalam keadaan cemburu buta. Tapi dengan cemburu melek. Karena apabila kita melek, walaupun kita sedang merasakan sebuah kecemburuan yang teramat sangat, tapi dampak dari kecemburuan kita masih dapat terarah dan terukur. Biasanya orang yang cemburu melek ia hanya berdiam diri sambil instropeksi dan mencari tahu apa yang menyebabkan perang dunia bisa terjadi. Sehingga ia lebih proaktif untuk mencegah rasa cemburu itu datang lagi.

Adapun orang yang sama sekali tidak cemburu ketika pasangannya memperhatikan orang lain. kemungkinannya ada dua. Yang pertama, orang itu memang tidak begitu sayang pada pasangannya, sehingga dengan siapapun pasangannya berinteraksi, tak sedikitpun rasa cemburu itu hinggap padanya. Kemungkinan yang kedua yaitu, orang tersebut mencintai pasangannya secara tulus sehingga baginya cinta tidak perlu memiliki, seandainya pacarnya bisa lebih bahagia dengan orang lain maka ia pun akan ikhlas melepaskannya.

Silahkan anda nilai pasangan masing-masing. Termasuk kedalam golongan apakah
pasangan anda. Mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi anda untuk dapat mengerti serta memahami karakteristik setiap pasangan yang anda miliki. Kalaupun anda masih belum punya pasangan, paling tidak ini dapat berguna sebagai referensi atau buku saku ketika anda sedang menyeleksi seseorang yang akan mendampingi anda kelak.