Senin, 11 Januari 2010

Love Abuse (Abnormal Approach, Part II)

Kenapa penderita insomnia kebanyakan wanita….???
Aha…aku tahu.., karena mereka lebih banyak berpikir tentang rasa, ketimbang logika….
Entah itu insomnia kronis, transient, atau bahkan intermittent…
Aku yakin pasti ada hubungannya dengan sebuah komitmen…
Tapi hebatnya jarang berkembang menjadi sexsomnia yang merupakan tipe dari parasomnia…
Karena itu lebih sering terjadi pada pria, seperti halnya hipersomnia….
Ya.., begitulah wanita…
Mereka mengurangi motilitas ususku…
Mengencangkan detak jantungku…
Membuat pupilku yang besar menjadi mengecil, bahkan cenderung tidak stabil…
Aku bingung, apakah ini sebuah pencetus, predisposisi atau sebuah kontribusi
Karena hawa menjadikanku semakin adiksi…
Aku tak mau menjadi love abuse…
Tuhan…
Kirimkan aku petidin, codein, heroin atau morfin dari golongan opioda…
Ketimbang barbiturate dan meprobamat dari golongan sedative hipnotika…
Tapi jangan juga kau lupakan stimulansia, kanabinoida, dan halusinogenika…
Karena aku takut, ini menjadikanku intosikasi akut…
Berharap terhindar dari sindrom amnestik yang akan menjadikanku psikotik…
Dengan tidak memungkiri dari ketergantungan psikologik dan fisik…
Karena efek spesifik ini berawal dari sebuah kimiawi psikoaktif
Yang semakin membuatku menjadi pasif…

Minggu, 10 Januari 2010

Love Disorder (Abnormal Approach)

Sendiri…,Begitulah keseharianku
Sepi…..,Begitulah suasana hatiku…
Laksana autis disetiap hari-hariku…
Seperti amnesia akan cinta…
Terasakan sebuah delirium yang tidak umum…
Akankah ini menjadi sebuah demensia kompleks….???
Tidak…
Denial harus segera tercipta….!!!
Afek tentang cinta harus menjadi manik…!!!
Karena aku bukanlah penderita gangguan mental organik..!!!
Bergeraklah menuju minor, jangan mayor…!!!
Karena jika mayor aku akan mengalami retardasi psikomotor…
Tapi aku juga tidak ingin menjadi paranoid…
Yang menjadikanku erotomania bahkan sampai megalomania…
Aku hanya ingin menghilangkan persekutorik dari tipe somatik…
Itu akan membawaku menjadi seorang parafrenia..,
Atau bahkan sampai pada tahap shared paranoid…
Cinta..cinta…
Tak ku sangka kau membawaku sampai pada toleransiku….
Padahal aku berharap adanya sedikit withdrawal…
Tapi tak apalah.., asalkan tidak menjadi parafilia aku sangat bahagia…
Karena ancaman fetishism dan transvesticnya begitu memalukan…
Belum lagi dengan voyeurism dan frotteurism…
Kini rasanya cinta menjadi insomnia…
Ah …tapi tak apalah, karena ku yakin ini adalah sebuah karunia…

Rabu, 06 Januari 2010

Bogorku yang hilang

2010 merupakan sebuah titik awal dari beberapa sebuah resolusi yang akan kita jalani setahun kedepan. Beberapa rangkaian aktivitas celebarasi membuat hiruk pikuk dibeberapa kota besar, tak terkecuali kota kelahiranku Bogor tercinta. Gerombolan keluarga dari luar maupun dalam kota terus membanjiri kotaku tercinta, mulai dari yang hanya sekedar berkunjung ke sanak keluarga, sampai yang benar-benar berniat mengahabiskan liburan tahun baru di kota Bogor dengan mendatangi tempat-tempat wisata sampai menyewa vila-vila yang tersedia di kawasan agrowisata.
Kepadatan kendaraan terjadi disetiap sudut kota, sehingga roda kendaraan sangatlah sulit untuk bergerak sekedar berguling berputar kedepan. tak hanya kendaraan roda empat saja, hiruk pikuk kendaraan roda dua pun turut memadati jalan-jalan disekitar ibukota. Oleh sebab itu tak aneh rasanya melihat lahan parker yang semakin meluas, bahkan kerap kali memanfaatkan lebar bahu jalan.
Kotaku yang tentram dan nyaman menjadi layaknya kota yang teramat padat penduduknya, sehingga mulai terkikislah tingkat kenyamanan kota, baik dari segi pengguna jalan maupun kualitas udara yang semakin menjadi tidak bersahabat. Hal itu debabkan karena asap kendaraan bermotot yang terus memadati kota Bogor, sehingga membuat oksigen semakin kotor. Belum lagi permasalahan sampah yang berserakan dimana-mana karena ulah beberapa oknum yang seakan tak berdosa membuang sampah tidak pada tempatnya. Tentu saja hanya menambah tingkat polusitas dikotaku Bogor tercinta.
Slogan Gemah, ripah, repeh, rapih rasanya tak cocok lagi tersematkan dikotaku pada saat itu. Bagaimana tidak, karena tingkat urban tourism yang semakin meningkat, tentunya sangatlah sulit memanage itu semua menjadi sebuah penataan yang baik. Bogor seakan terkoyak dengan intense ini.
Memang ada pemasukan daerah yang meningkat, tapi saya pikir itu tidak sebanding beberapa dampak kerugiannya, mulai dari polusi udara, sampai tingkat kemacetan yang begitu tinggi shingga mengurangi kenyamana para penduduk kota. Kita harus lebih bijak lagi menghadapi semua ini, semoga kita masih dapat merasakan aroma segar kota Bogor…..

power and ageism

Power and Ageism
Sejarah kembali tercipta dari proses demokrasi dinegeri ini. Mulai dari terpilihnya SBY yang dipilih langsung oleh rakyat, sekarang yaitu terpilihnya Edhi Bhaskoro Yudhoyono yang notabenenya adalah anak dari sang presiden dan merupakan salah satu tokoh muda di kerajaan legislative terpilih dengan suara terbanyak menyaingi politikus-politikus handal yang sudah banyak mersakan asam garam dalam dunia perpolitikan dinegeri ini yang ikut bersaing untuk mendapatkan satu tempat terhormat didalam pemerintahan. Tidak hanya itu banyak tokoh-tokoh muda yang minim pengalaman dalam pemerintahan, tapi tentunya memiliki modal yang cukup tidak hanya secara financial, tapi juga secara networking yang terpilih menjadi anggota legislative.
Heran sekaligus takjub, bila menyaksikan realita yang terjadi. Bagaimana tidak??seorang muda yang lugu, polos serta minim pengalama organisasi dapat meyakinkan rakyat untuk dipilih sebagai wakil rakyat, bahkan dengan peraihan suara yang melesat. Sungguh menjadi sebuah ironi bila kita membandingkan dengan beberapa tokoh yang sudah matang secara politik dan pemerintahan, tapi kalah raihan suaranyanya dalam pemilu legislative atau bahkan tidak memenuhi syarat untuk dapat duduk diparlemen.
Its not what you know, but its who you know, mungkin inilah yang terjadi saat ini. Bila kita flashback kebelakang, Ibas sapaan dari Edhi Bhaskoro Yudhoyono merupakan anak seorang presiden, anak seorang pemegang pangku kekuasaan di negeri ini, sudah barang tentu banyak orang yang mengenalnya banyak pejabat yang mengenalnya. Tak jauh berbeda dengan Ibas, tokoh muda dikerajaan legislative juga kebanyakan dari mereka memiliki system networking yang baik juga sehingga mereka dapat berhasil dipemilihan legislative beberapa bulan lalu. Walaupun sedikit kemampuannya, sedikit pengetahuan politiknya, dan sedikit pula pengalaman organisasinya. Ya tapi itulah yang terjadi. Saat ini “tidak penting apa yang dimiliki seseorang, jika dia tidak mengenal seseorang.”
Atau mungkin kini terjadi stereotype ageism pada pemilih. Pemilih tak lagi tertarik untuk memilih tokoh-tokoh tua yang sudah matang dalam pemerintahan tak lagi menjadi alternative pilihan, karena ada tokoh muda yang lebih fresh, yang lebih visioner dibandingkan tokoh tua yang dianggap sudah tidak produktif lagi, karena terbukti dalam beberapa rapat terlihat tokoh-tokoh tua yang tertidur pulas, sedangkan seharusnya ia menyusun undang-undang bukan malah menyusun mimpi didalam larut tidurnya. Sehingga itulah yang menjadi pertimbangan para pemilih apabila mereka memilih tokoh-tokoh tua dan matang.
Tidak hanya secara visioner secara pemikiran. Kita bisa membandingkannya pada saat mereka melakukan kampanye, dimana tokoh-tokoh muda tak hanya berkampanye menggunakan media tertulis dengan poster-poster di Koran, dijalan, atau dengan baleho-baleho dan spanduk seperti halnya cara konvensional. Tapi mereka sudah memasukkan kampenya mereka kedalam dunia maya dengan memanfaatkan iklan-iklan di internet, sehingga kampanye mereka tidak hanya paper based tapi juga menggunakan web based, karena dirasakan saat ini dapat lebih efektif.
Dari keseluruhan factor yang mempengaruhi keterpilihan kaum muda diparlemen tak terlepas dari permasalahan power yang dimiliki. Dimana menurut Franch & Raven power adalam kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. kaum muda saat ini dinilai dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan visi dan beberapa pemikirannya yang lebih fresh dan tentunya tidak konvensional seperti para tokoh pendahulunya. Karena negeri ini butuh perubahan dan kaum mudalah yang diharapkan dapat berperan sebagai agen of cange, kaum muda diharapkan dapat menjalankan amanah rakyat yang sudah banyak dikecewakan oleh janji-janji kaum tua yang sampai saat ini masih belum dapat ditepati. Walaupun sepertinya masih harus meraba-raba untuk mengetahui kemampuan kaum muda. Inilah yang terjadi how power influences moral thinking seseorang, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk lebih memilih kaum muda dibandingkan kaum tua yang sudah banyak terbuang janji-janjinya di dalam tempat sampah.

bla...bla...bla...

Sejarah kembali tercipta dari proses demokrasi dinegeri ini. Mulai dari terpilihnya SBY yang dipilih langsung oleh rakyat, sekarang yaitu terpilihnya Edhi Bhaskoro Yudhoyono yang notabenenya adalah anak dari sang presiden dan merupakan salah satu tokoh muda di kerajaan legislative terpilih dengan suara terbanyak menyaingi politikus-politikus handal yang sudah banyak mersakan asam garam dalam dunia perpolitikan dinegeri ini yang ikut bersaing untuk mendapatkan satu tempat terhormat didalam pemerintahan. Tidak hanya itu banyak tokoh-tokoh muda yang minim pengalaman dalam pemerintahan, tapi tentunya memiliki modal yang cukup tidak hanya secara financial, tapi juga secara networking yang terpilih menjadi anggota legislative.
Heran sekaligus takjub, bila menyaksikan realita yang terjadi. Bagaimana tidak??seorang muda yang lugu, polos serta minim pengalama organisasi dapat meyakinkan rakyat untuk dipilih sebagai wakil rakyat, bahkan dengan peraihan suara yang melesat. Sungguh menjadi sebuah ironi bila kita membandingkan dengan beberapa tokoh yang sudah matang secara politik dan pemerintahan, tapi kalah raihan suaranyanya dalam pemilu legislative atau bahkan tidak memenuhi syarat untuk dapat duduk diparlemen.
Its not what you know, but its who you know, mungkin inilah yang terjadi saat ini. Bila kita flashback kebelakang, Ibas sapaan dari Edhi Bhaskoro Yudhoyono merupakan anak seorang presiden, anak seorang pemegang pangku kekuasaan di negeri ini, sudah barang tentu banyak orang yang mengenalnya banyak pejabat yang mengenalnya. Tak jauh berbeda dengan Ibas, tokoh muda dikerajaan legislative juga kebanyakan dari mereka memiliki system networking yang baik juga sehingga mereka dapat berhasil dipemilihan legislative beberapa bulan lalu. Walaupun sedikit kemampuannya, sedikit pengetahuan politiknya, dan sedikit pula pengalaman organisasinya. Ya tapi itulah yang terjadi. Saat ini “tidak penting apa yang dimiliki seseorang, jika dia tidak mengenal seseorang.”
Atau mungkin kini terjadi stereotype ageism pada pemilih. Pemilih tak lagi tertarik untuk memilih tokoh-tokoh tua yang sudah matang dalam pemerintahan tak lagi menjadi alternative pilihan, karena ada tokoh muda yang lebih fresh, yang lebih visioner dibandingkan tokoh tua yang dianggap sudah tidak produktif lagi, karena terbukti dalam beberapa rapat terlihat tokoh-tokoh tua yang tertidur pulas, sedangkan seharusnya ia menyusun undang-undang bukan malah menyusun mimpi didalam larut tidurnya. Sehingga itulah yang menjadi pertimbangan para pemilih apabila mereka memilih tokoh-tokoh tua dan matang.
Tidak hanya secara visioner secara pemikiran. Kita bisa membandingkannya pada saat mereka melakukan kampanye, dimana tokoh-tokoh muda tak hanya berkampanye menggunakan media tertulis dengan poster-poster di Koran, dijalan, atau dengan baleho-baleho dan spanduk seperti halnya cara konvensional. Tapi mereka sudah memasukkan kampenya mereka kedalam dunia maya dengan memanfaatkan iklan-iklan di internet, sehingga kampanye mereka tidak hanya paper based tapi juga menggunakan web based, karena dirasakan saat ini dapat lebih efektif.
Dari keseluruhan factor yang mempengaruhi keterpilihan kaum muda diparlemen tak terlepas dari permasalahan power yang dimiliki. Dimana menurut Franch & Raven power adalam kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. kaum muda saat ini dinilai dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan visi dan beberapa pemikirannya yang lebih fresh dan tentunya tidak konvensional seperti para tokoh pendahulunya. Karena negeri ini butuh perubahan dan kaum mudalah yang diharapkan dapat berperan sebagai agen of cange, kaum muda diharapkan dapat menjalankan amanah rakyat yang sudah banyak dikecewakan oleh janji-janji kaum tua yang sampai saat ini masih belum dapat ditepati. Walaupun sepertinya masih harus meraba-raba untuk mengetahui kemampuan kaum muda. Inilah yang terjadi how power influences moral thinking seseorang, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk lebih memilih kaum muda dibandingkan kaum tua yang sudah banyak terbuang janji-janjinya di dalam tempat sampah.

Selasa, 05 Januari 2010

aku tak paham....!!!

Saya tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi kini.
Saya tidak paham apa yang sedang mereka ributkan.
Apakah saya bodoh???
Atau apakah karena saya tidak mengikuti berita???
Atau mungkin juga karena saya yang tak perduli dengan para wali (pejabat negeri)
Kenapa saya begini???
Saya pikir saya tidak satu level memikirkan yang berada dibawah level saya
Saya pikir tidak ada gunanya membahas tentang mereka
Saya pikir hanya membuang waktu saya kalau ikut-ikutan berdebat tentang mereka
Karena mereka semua hanyalah sampah yang tidak pada tempatnya
Karena mereka hanyalah bedebah dari sekian banyak wabah
Karena mereka hanyalah lintah, yang tidak selalu berada ditempat yang basah
Karena mereka adalah munafik dari setiap topik
Karena mereka tidak penting menjadi suatu yang penting
Karena mereka tak pantas berada ditempat yang pantas
Karena mereka adalah enemy dari sekian banyak musuh
Tapi beruntunglah saya masih memiliki banyak sahabat
Sahabat yang rela panas-panasan demi memperjuangkan rakyat
Tapi tak jarang juga sahabat saya yang menjadi pengkhianat
Demi mendapat seperak mereka rela menjilat
Tapi aku yakin sahabat-sahabat saya adalah orang yang hebat
Aku yakin sahabat-sahabat saya orang yang kuat dan bermartabat
Sehingga tak goyah terus berjuang melawan koruptor keparat