Rabu, 06 Januari 2010

power and ageism

Power and Ageism
Sejarah kembali tercipta dari proses demokrasi dinegeri ini. Mulai dari terpilihnya SBY yang dipilih langsung oleh rakyat, sekarang yaitu terpilihnya Edhi Bhaskoro Yudhoyono yang notabenenya adalah anak dari sang presiden dan merupakan salah satu tokoh muda di kerajaan legislative terpilih dengan suara terbanyak menyaingi politikus-politikus handal yang sudah banyak mersakan asam garam dalam dunia perpolitikan dinegeri ini yang ikut bersaing untuk mendapatkan satu tempat terhormat didalam pemerintahan. Tidak hanya itu banyak tokoh-tokoh muda yang minim pengalaman dalam pemerintahan, tapi tentunya memiliki modal yang cukup tidak hanya secara financial, tapi juga secara networking yang terpilih menjadi anggota legislative.
Heran sekaligus takjub, bila menyaksikan realita yang terjadi. Bagaimana tidak??seorang muda yang lugu, polos serta minim pengalama organisasi dapat meyakinkan rakyat untuk dipilih sebagai wakil rakyat, bahkan dengan peraihan suara yang melesat. Sungguh menjadi sebuah ironi bila kita membandingkan dengan beberapa tokoh yang sudah matang secara politik dan pemerintahan, tapi kalah raihan suaranyanya dalam pemilu legislative atau bahkan tidak memenuhi syarat untuk dapat duduk diparlemen.
Its not what you know, but its who you know, mungkin inilah yang terjadi saat ini. Bila kita flashback kebelakang, Ibas sapaan dari Edhi Bhaskoro Yudhoyono merupakan anak seorang presiden, anak seorang pemegang pangku kekuasaan di negeri ini, sudah barang tentu banyak orang yang mengenalnya banyak pejabat yang mengenalnya. Tak jauh berbeda dengan Ibas, tokoh muda dikerajaan legislative juga kebanyakan dari mereka memiliki system networking yang baik juga sehingga mereka dapat berhasil dipemilihan legislative beberapa bulan lalu. Walaupun sedikit kemampuannya, sedikit pengetahuan politiknya, dan sedikit pula pengalaman organisasinya. Ya tapi itulah yang terjadi. Saat ini “tidak penting apa yang dimiliki seseorang, jika dia tidak mengenal seseorang.”
Atau mungkin kini terjadi stereotype ageism pada pemilih. Pemilih tak lagi tertarik untuk memilih tokoh-tokoh tua yang sudah matang dalam pemerintahan tak lagi menjadi alternative pilihan, karena ada tokoh muda yang lebih fresh, yang lebih visioner dibandingkan tokoh tua yang dianggap sudah tidak produktif lagi, karena terbukti dalam beberapa rapat terlihat tokoh-tokoh tua yang tertidur pulas, sedangkan seharusnya ia menyusun undang-undang bukan malah menyusun mimpi didalam larut tidurnya. Sehingga itulah yang menjadi pertimbangan para pemilih apabila mereka memilih tokoh-tokoh tua dan matang.
Tidak hanya secara visioner secara pemikiran. Kita bisa membandingkannya pada saat mereka melakukan kampanye, dimana tokoh-tokoh muda tak hanya berkampanye menggunakan media tertulis dengan poster-poster di Koran, dijalan, atau dengan baleho-baleho dan spanduk seperti halnya cara konvensional. Tapi mereka sudah memasukkan kampenya mereka kedalam dunia maya dengan memanfaatkan iklan-iklan di internet, sehingga kampanye mereka tidak hanya paper based tapi juga menggunakan web based, karena dirasakan saat ini dapat lebih efektif.
Dari keseluruhan factor yang mempengaruhi keterpilihan kaum muda diparlemen tak terlepas dari permasalahan power yang dimiliki. Dimana menurut Franch & Raven power adalam kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain. kaum muda saat ini dinilai dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain dengan visi dan beberapa pemikirannya yang lebih fresh dan tentunya tidak konvensional seperti para tokoh pendahulunya. Karena negeri ini butuh perubahan dan kaum mudalah yang diharapkan dapat berperan sebagai agen of cange, kaum muda diharapkan dapat menjalankan amanah rakyat yang sudah banyak dikecewakan oleh janji-janji kaum tua yang sampai saat ini masih belum dapat ditepati. Walaupun sepertinya masih harus meraba-raba untuk mengetahui kemampuan kaum muda. Inilah yang terjadi how power influences moral thinking seseorang, sehingga dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk lebih memilih kaum muda dibandingkan kaum tua yang sudah banyak terbuang janji-janjinya di dalam tempat sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar